Ragam  

Jawa Barat Darurat Obat Keras Type G

Jawa Barat Darurat Obat Keras Type G

Bandung-Beritasatunews.id | Jawa Barat darurat obat keras type G seperti Tramadol dan Hexymer yang diperjual-belikan secara bebas di beberapa toko kelontong maupun toko berkedok kosmetik.

Omset yang didapat toko terhadap penjualan obat jenis type G ini sangat fantastis mencapai puluhan jutaan rupiah dalam sehari. Tramadol dan Hexymer merupakan jenis obat yang pengunaannya harus berada di bawah pengawasan dokter atau tenaga ahli kesehatan.

Namun terkadang penggunaan kedua obat-obatan terlarang ini sering sekali disalahgunakan oleh banyak oknum tidak bertanggung jawab sebagai alat menciptakan halusinasi, Sabtu (2/11/2024).

Untuk Provinsi Jawa Barat sendiri, darurat peredaran obat keras ini diperjual-belikan secara bebas di beberapa toko kelontong maupun toko berkedok kosmetik.

Hal ini yang diduga memicu kelompok bernama ‘BURHAN’ terbentuk di beberapa wilayah seperti Bandung, Sumedang, Cimahi dan Soreang. Kelompok yang diduga mengkoordinir ratusan toko di wilayah Jawa Barat ini bertugas mengkondisikan toko-toko dapat mengedarkan obat-obatan.

Biasanya toko-toko berkedok ini berjualan dimulai sejak pagi hari, dimana banyak karyawan dan anak sekolah anak yang di bawah umur mulai mengkonsumsi tanpa mereka tau gimana effect kedepan tentang bahayanya mengkonsumsi obat terlarang tersebut. Obatnya dijual murah kisaran Rp 4.000,- s/d Rp 10.000,- untuk menjangkau pasar sampai kepada kalangan bawah.

Tramadol sendiri merupakan obat yang dapat digolongkan sebagai narkotika, karena obat ini termasuk dalam kelas obat agonis opioid.

Siapa dibalik kelompok ‘BURHAN’ ?

BURHAN bukanlah nama seseorang melainkan sebuah kode atau sandi yang digunakan untuk menandai toko-toko yang masuk dalam konsorsium. Konsorsium ini ditandai dengan adanya stiker logo bergambar ‘Burung Hantu’ yang dikelola oleh beberapa orang ditiap-tiap wilayahnya.

Hasil investigasi lapangan didapati beberapa nama yang sering disebut oleh penjaga toko yang menjual obat keras jenis Tramadol dan Hexymer, seperti RMD untuk wilayah Sumedang dan Kabupaten Bandung, RK untuk wilayah Rancaekek dan sekitar, kemudian BG dan HRN untuk wilayah kota Bandung dan sekitarnya.

Dengan adanya pengelolaan yang diduga terstruktur, sistematis dan masif ini menyebabkan sulitnya aparatur penegak hukum untuk menyentuh kelompok-kelompok ini dalam jerat hukum. Perlunya keberanian dan kredibilitas yang tinggi untuk aparat dapat menindaklanjuti permasalahan darurat obat keras diwilayah Jawa Barat ini.

Selanjutnya dukungan dari pemerintah daerah juga diperlukan untuk dapat memberantas peredaran Tramadol yang dapat digolongkan sebagai narkotika. Tidak hanya sampai disitu peran BNN Provinsi Jawa Barat juga dibutuhkan dalam membantu Polri khususnya Polda Jawa Barat untuk menindaklanjuti peredaran Tramadol dan Hexymer.

Sinergisitas Aparatur Penegak Hukum, Dinas Kesehatan, PJ Gubernur Jawa Barat, bersama dengan para tokoh masyarakat dibutuhkan dalam memerangi peradaran obat obatan keras Type G guna menciptakan Jawa Barat Juara Lahir Batin. * B1N-Red