Opini  

Tantangan Guru PPKn Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar

Tantangan Guru PPKn Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar
foto ilustrasi | Ist

Oleh : Diandra Joy Cheline De Vega Hutapea Putri Andini (3212311002)

A. Pendahuluan

PROGRAM Merdeka Belajar adalah program yang berkonsentrasi pada peningkatan standar sumber daya manusia, khususnya instruktur dan murid.

Dalam situasi ini, instruktur harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan tidak bergantung pada teori yang ada di buku, tetapi harus mampu mengekspor dari dunia di mana murid berada, mempraktekkan secara langsung agar murid memiliki keterampilan yang nyata.

Lebih jauh lagi, jika selama ini fokus utama siswa hanya mendengarkan pengajar mengajar, maka sudah saatnya siswa mampu memperjelas konsep dan materi pembelajaran di depan kelas, di tempat-tempat ilmiah, dan dalam percakapan. Pada dasarnya, ide pembelajaran mandiri diarahkan pada penerapan HOTS. (berpikir tingkat tinggi).

Keterampilan HOTS terbagi-bagi. Pemikiran kritis, inventif, dan orisinil, kemampuan komunikasi, dan kemampuan berkolaborasi dikembangkan. Pemerintah berharap Merdeka Belajar akan menghasilkan hasil belajar siswa yang tidak hanya teoritis tetapi juga praktis. Tidak hanya siswa yang diharapkan siap untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, tetapi juga diharapkan dapat menghasilkan siswa yang siap untuk menciptakan lapangan kerja.

Oleh karena itu pendidik harus mengupayakan bagaimana menerapkan kurikulum merdeka belajar dengan baik. Perubahan kurikulum diantisipasi untuk membantu negara Indonesia mengatasi berbagai tantangan pendidikan. Pemerintah sedang melakukan upaya untuk membuat kurikulum pembelajaran merdeka yang akan digunakan di seluruh Indonesia, meskipun lembaga-lembaga dapat memilih untuk tidak menggunakannya pada kenyataannya.

Pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dari berbagai kondisi dan tujuan yang ditetapkan sebagai bagian dari rencana strategi pemerintah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam dunia pendidikan.

Berbagai arah pengembangan yang telah dilakukan oleh pemerintah sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini terdapat banyak kebijakan yang dipandang sebagai jawaban dalam upaya perbaikan pendidikan di Indonesia. Modifikasi kurikulum telah mengalami 9 kali perubahan sejak perubahan pertama pada tahun 1952.

Revisi kurikulum terjadi dari tahun 1947 hingga 2022, dengan perubahan pada kurikulum. Sebelumnya, kurikulum 2013 digadang-gadang sebagai kurikulum yang mampu menghancurkan standar pendidikan Indonesia.

Jika dibandingkan dengan kurikulum 2013, ide kurikulum merdeka dilakukan sebagai upaya untuk menyederhanakan standar pencapaian yang dirasa sangat lugas dan mendalam. Ada banyak sekali manfaat yang ditemukan dalam kurikulum merdeka

B. Pembahasan

Untuk menjadi fasilitator dalam mendorong perubahan di sekolah, seorang guru PPKn harus mampu menjadi energik dan antusias, kreatif, inventif, dan terampil. Hal ini dikenal sebagai guru sebagai pendorong pembelajaran mandiri.

Agar berhasil mendidik dan membimbing pembelajaran mandiri, guru PPKn juga harus mampu menumbuhkan suasana belajar yang positif dengan membentuk hubungan yang dekat dengan peserta didiknya. Instruktur kemudian perlu berlatih melakukan koreksi selama proses belajar mengajar. Instruktur akan bertindak sebagai pendorong dalam program kebebasan belajar.

Manusia adalah rahasia untuk mendapatkan kebebasan dalam situasi ini. Jika manusia adalah kuncinya, maka harus selalu ada perasaan bebas.

Kebebasan belajar diperlukan jika perasaan merdeka belum ada. Sebelum mulai memperoleh kemerdekaan itu sendiri, kemerdekaan belajar juga perlu diperkuat. Salah satu inisiatif kebijakan yang ingin

Diterapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi adalah Merdeka Belajar. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di era revolusi industri keempat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud) memutuskan untuk mengembalikan sistem pendidikan Indonesia ke tujuan awal seperti yang tercantum dalam UUD 1945.

Mengenai pemahaman dan evaluasi kurikulum merdeka, para guru PPKn masih memiliki banyak keterbatasan. Sumber daya instruksional untuk kurikulum merdeka, serta pemahaman dan evaluasinya, masih sangat kurang untuk kurikulum merdeka belajar.

Oleh karena itu, karena banyaknya penyesuaian yang merupakan aspek yang ditekankan, banyak yang tidak berfungsi dengan baik di kelas, para guru PPKn masih terbatas dalam kemampuan mereka untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar.

Kenyataannya, banyak yang mengalami kesulitan untuk menjalankannya di kelas. Pengembangan perangkat pembelajaran kurikulum merdeka yang sesuai untuk kegiatan belajar mengajar masih menjadi tantangan bagi para guru (fasilitator), meskipun mereka telah menerima berbagai dukungan eksternal untuk meningkatkan kompetensi mereka, termasuk pelatihan dan seminar tentang kurikulum mandiri dan platform pengajaran mandiri, yang memudahkan mereka untuk berbagi ide dalam menulis perangkat pembelajaran.

Guru PPKn diharapkan dapat memahami posisi penting mereka sebagai bidang pekerjaan yang menawarkan layanan publik di bidang pendidikan yang dapat membantu generasi penerus berkembang di Pendidikan Kewarganegaraan masa depan. Modifikasi terhadap tren mengikuti pemerintahan ke arah kurikulum Merdeka apakah itu didasarkan pada paradigma pendidikan konservatif, liberal, atau kritis, Belajar selalu mendesak para guru untuk menyadarinya. Namun, banyak guru yang mengaku karena selama ini mereka hanya mengikuti instruksi sekolah, mereka tidak memahami konsep-konsep ini.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara struktural tunduk pada pemerintah dan telah diarahkan oleh lembaga tersebut.

Contoh ini menunjukkan bagaimana Merdeka Belajar juga mendorong para guru untuk menjadi lebih pandai dan otonom baik secara otonom maupun orisinil. Pemerintah tidak pernah memberikan penjelasan menyeluruh kepada para guru tentang berbagai paradigma pendidikan, jadi ini adalah keuntungan yang signifikan.

Pihak berwenang menggunakan penalaran sebagai alat untuk mengarahkan para pengajar. Para guru harus memahami arahan dengan tetap menjalankan Merdeka Belajar. Sekarang adalah masa perubahan yang menantang karena masih membutuhkan proses adaptasi. Pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh guru.

Guru menghadapi kesulitan dan kesukaran ketika menerapkan pembelajaran karena pengetahuan mereka tentang Kurikulum Merdeka masih kurang dan tidak sesuai dengan paradigma pembelajaran Kurikulum Merdeka dan masalah-masalah implementasi dalam pembelajaran.

C. Penutup

Seorang guru PKn haruslah energik, antusias, kreatif, inventif, dan terampil agar berhasil mendidik dan membimbing pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mandiri. Mereka juga harus menumbuhkan suasana belajar yang positif dengan membentuk hubungan yang dekat dengan peserta didik mereka dan berlatih membuat koreksi selama proses belajar mengajar.

Orang adalah kunci untuk mendapatkan kebebasan dalam situasi ini, jadi harus selalu ada perasaan bebas.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud) ingin mengembalikan sistem pendidikan Indonesia ke tujuan awal seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Merdeka Belajar merupakan inisiatif kebijakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, namun pemahaman dan evaluasi terhadap kurikulum mandiri masih kurang.

Sumber daya instruksional untuk kurikulum mandiri, serta pemahaman dan evaluasinya, masih kurang, sehingga menyulitkan guru-guru PKn untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut.

Penerapan kurikulum Merdeka di kelas merupakan tantangan tersendiri bagi para guru (fasilitator). Para guru telah menerima dukungan eksternal untuk meningkatkan kompetensi mereka, seperti pelatihan dan seminar tentang kurikulum merdeka dan platform pengajaran. Namun, banyak guru mengakui bahwa mereka tidak memahami konsep-konsep ini.

Merdeka Belajar mendorong para guru untuk menjadi lebih pandai dan mandiri dengan cara-cara yang mandiri dan orisinil, dan pihak berwenang menggunakan penalaran sebagai alat untuk mengarahkan para guru. Saat ini merupakan masa perubahan yang menantang karena masih membutuhkan proses adaptasi dan pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh guru. Guru menghadapi kesulitan dan kesukaran saat melaksanakan

Pendidikan Kewarganegaraan pembelajaran karena pengetahuan mereka tentang Kurikulum Merdeka masih kurang dan tidak sesuai dengan paradigma pembelajaran.

Referensi :