Beritasatunews.id | Menurut laporan Bloomberg, Regulator Uni Eropa, terlalu banyak suntikan booster vaksin Covid-19 dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh atau imunitas, dan malah membuat lebih sering sakit.
Laporan tersebut mengungkapkan, suntikan booster setiap empat bulan mungkin dapat melemahkan sistem kekebalan, dan membuat penerimanya menjadi lelah.
European Medicines Agency (EMA) mengingatkan, terlalu banyak atau sering pemberian booster vaksin Covid-19 justru malah melemahkan imunitas atau kekebalan tubuh.
BACA JUGA: WHO Sebut Vaksin Booster Sia-sia, Butuh Vaksin yang Lebih Kuat
Karena itu, EMA menyebut, banyak negara sebaiknya menambah jeda waktu antara pemberian setiap vaksin booster.
Pendapat yang diutarakan EMA itu hadir setelah munculnya spekulasi terkait injeksi vaksin Covid-19 keempat untuk menghalau varian Omicron.
Israel misalnya, yang mengatakan akan merilis dosis keempat vaksin Covid-19.
Penasihat medis Gedung Putih untuk virus corona, Dr Anthony Fauci, juga mengatakan suntikan vaksin Covid-19 keempat untuk penduduk AS dapat diberikan, meski masih belum jelas.
CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan, pengembang vaksin akan menyediakan vaksin khusus Omicron per awal musim semi tahun ini.
Lalu menurut laporan Deseret News, bersamaan dengan mulai terlihatnya tanda-tanda bahwa gelombang Omicron memuncak, suntikan keempat untuk orang dengan gangguan kekebalan telah tersedia di AS mulai minggu ini.
Lalu bagaimana dengan Program vaksin booster Covid-19 yang sudah diberikan Pemerintah Indonesia sejak Rabu (12/1/2022) lalu.
Pemberian vaksin booster tersebut bertujuan baik, yaitu sebagai perlindungan ekstra terhadap virus Covid-19 yang bermutasi.
Apalagi, efek dua dosis vaksin sebelumnya bisa menurun seiring dengan waktu.
Kendati demikian, European Medicines Agency (EMA) berpendapat, booster vaksin Covid-19 bukanlah cara yang tepat untuk menangani pandemi.
Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga mengingatkan, mengulangi penggunaan dosis booster bukan merupakan strategi yang tepat dalam melawan Covid-19 varian baru Omicron.
Sebuah kelompok ahli yang dibentuk oleh WHO (TAG-Co-VAC) menilai, memberikan suntikan baru dari vaksin yang ada saat ini, bukan merupakan cara terbaik untuk memerangi pandemi.
TAG-Co-VAC menyerukan pengembangan vaksin baru yang tidak hanya melindungi orang yang terinfeksi Covid-19 agar tidak mengalami gejala parah, namun juga mencegah orang agar tidak tertular virus tersebut.
Namun data awal menunjukkan vaksin yang ada saat ini kurang efektif dalam mencegah terjadinya gejala penyakit Covid-19, pada orang yang telah terinfeksi varian Omicron. * B1N/Ril